Entri yang Diunggulkan

Bakteri koliform sebagai Indikator Sanitasi Air

Cara Menghilangkan atau Mengurangi Kontaminasi Coliform pada Air.

Bakteri Coliform (Eschericia coli) https://bengkelbody.wordpress.com

Berkaitan dengan kontaminasi bakteri coliform pada instalasi sumber air, saluran air (pipa), dan atau penampungan airnya. Apa yang kita lakukan jika ada temuan (positif) bakteri coliform saat uji air secara periodik?


Apa Itu Bakteri Coliform


Bakteri koliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak.[1] Berdasarkan penelitian, bakteri koliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker.[1] Selain itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh.[1] Bakteri koliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air.[2] Bakteri ini dapat mendeteksi patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit.[2] Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi daripada patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan.[2] 
(sumber :https://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri_koliform)

Permasalahan Dalam Industri

Pertanyaan : (Sudarno Dayung – ConocoPhillips Indonesia)

Saya punya problem dalam hal penangan air bersih. Lokasi kami kerja jauh dari pemukiman (remote area) sudah barang tentu dari segi kebutuhan harus dihandle sendiri oleh perusahaan seperti kebutuhan utilities dll. Salah satu kendala kami sekarang adalah kandungan coliform yang tinggi, hasil ini didapat dari pemeriksaan sample air yang dikirim ke Dep Kes secara berkala.

Dalam laporan hasil pemeriksaan dinyatakan kandungan coliform sampai 240/100 gr, sedangkan batasan yang diizinkan adalah < 2 MPN/100 ml Coliform. Dalam operasional sehari-hari pada water treatment package sudah diinjeksi chlorine dengan rekomendasi dari vendor dan caustic soda sebagai control pH. Sebagai informasi tambahan air tsb. bukan untuk diminum,masak tetapi hanya untuk keperluan mandi dan cuci, namun demikian kami semua tetap concern dengan kandungan coliform
yang tinngi tsb.

Pertanyaan saya:

Bagaimana caranya menurunkan kandungan coliform yang tinggi tsb ?
Kalau memakai chemical, jenis apa yang baik selain chlorine?

Tanggapan 1 : (Ardian Nengkoda – UNOCAL)

Ada beberapa treatment u/ mengurangi/ mengontrol Bakteri ini. Penggunaan chemical chlorine (Cl) adalah salah satu bentuk desinfaksi, yg lainnya ada yg dinamakan sterilisasi (yg merupakan "obat" paling lengkap di dalam inaktifasi mikroorganisme). Cl meng-inaktifasi bakteri Coli sangat bergantung pada konsentrasi dan waktu. Hasil penelitian level of kill-nya membuktikan 99%. Metode tambahan lainnya u/ mitigasi Cl adalah filtrasi, UV irradiation dan ozonasi. Drinking Water treatment lengkapnya adalah sbb :

  1. Filtration
  2. Chlorination
  3. Ultraviolet irradiation
  4. Ozonation
  5. Silver treatment
  6. Iodination
  7. Pasteurization

Metode di atas memiliki standar tersendiri sehingga pertumbuhan si bakteri tetap dalam level yg rendah (<2 MPN/100 ml).

Pada dasarnya, disinfektan efektif digunakan pada mikro organisme "pathogen" (tergantung juga quantitinya) pada rentang waktu tertentu (retention time). Betul Pak!. Chemical ini juga harus bersifat aman dan mudah digunakan serta yg paling penting tdk membuat pencemaran baru (toxic atau unpalatable). Karena ada kalanya disinfektan " by product" seperti trihalomethanes (THM) malah membahayakan manusia. Persyaratan lain: disinfektan haruslah murah (tdk costly). Biasanya dossing dibuat otomatic. Setahu saya berdasarkan lapopannya WHO, disinfection by chlorine is still the best guarantee of microbiologically safe water!. Yg lain bisa saja seperti Bromine atau senyawa Halogen lainnya. Laporan keracunan drinking water pernah terjadi di Peru tahun 1991.

Tanggapan 2 : (Rio Prianko)

Bakteri coliform ini merupakan flora normal yang ada di dalam tubuh manusia.

Dari kasus Pak Sudarno, yang perlu diperhatikan mungkin, apakah tempat pengambilan atau sumber pengambilan airnya dekat atau menjadi muara dari beberapa aliran air, yang kemungkinan terdapat MCK dari penduduk setempat? Walaupun lokasi Pak Sudarno yang berada di remote area, masih ada kemungkinan aliran air tercemar oleh buangan dari MCK.

Kemudian, ada kemungkinan bakteri coliform ini sudah mulai resistan terhadap dosis chlorine yang Pak Sudarno berikan, karena bakteri merupakan organisme yang mudah sekali beradaptasi dengan lingkungannya, termasuk dengan Cl yang bapak berikan. Mungkin dosis yang diberikan tetap selama beberapa waktu ini, sehingga perlu adanya shock dosing (tapi saya rasa, shock dosing seharusnya sudah terlaksana, iya kan pak?).

Saran saya, perlu dilakukan tes di laboratorium mengenai seberapa besar daya inaktifasi Cl yang paling baik, sehingga bisa diketahui dosis CL yang harus diberikan. Karena ini tergantung tujuan pemberiannya, apakah harus "membunuh" atau hanya inaktifasi.

Tanggapan 3 : (Yudatomo)

Sampai saat ini chlorine atau umumnya sodium hyphochlorite masih merupakan disinfectant yang paling sesuai untuk kebanyakan aplikasi. Tentu saja juga harus memperhatikan pH dari air yang di-treatment. Semakin tinggi pH, HOCl yang terdisosiasi ke OCl- akan semakin banyak, sehingga semakin kurang efektif chlorine. Umumnya patokan utk treatment dg hypochlorite adl pH max. 8.5. Untuk pH lebih tinggi, alternative treatment lain spt yg sdh disebutkan perlu dicoba.

Tanggapan 4 : (Ilham – Energy Equity Epic PTY LTD)

Untuk menurunkan kandungan bakteri coliform grup, dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode/cara seperti yang disampaikan Pak Ardian Nengkoda (Unocal).

Oleh karena metode disinfeksi (by chlorine) sudah dilaksanakan, metode/cara ini sampai saat ini masih sangat baik digunakan. Menjadi keheranan, kenapa hasil pemeriksaan sample air yang sudah melalui proses disinfeksi ini, kandungan coliform-nya masih tinggi? 240/100 ml.

Beberapa factor yang dapat mempengaruhi proses penggunaan disinfeksi (by chlorine) dalam water treatment antara lain:

1. Contact time
2. Temperature
3. pH
4. Konsentrasi organisme
5. Konsentrasi dan bentuk/tipe residu chlorine
6. Cukupnya pencampuran awal antara chlorine dan organisme
7. Bentuk/tipe konsentrasi komponen air limbah
8. Ukuran alami material partikulat yang ada

Dalam metode disinfeksi chlorine, perlu dipahami efisiensi disinfektan (by chlorine) dimana biasanya dinyatakan sebagai ratio (perbandingan) antara jumlah mikroorganisme terbunuh terhadap jumlah organisme yang ada. Hal ini dapat dipelajari dengan hukum chick (Chick’s Law):

N/No = e-kt …………. (1)

Dimana N adalah jumlah satu tipe mikroorganisme yang dapat hidup pada waktu tertentu t, sedangkan k adalah konstanta waktu.

Untuk suatu konstanta persentase pematian (kill), hokum / persamaan (1) di atas dapat menjadi:

Ktp = Konstan ……….(2)

Dimana tp adalah waktu kontak yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tingkat persentase pematian tertentu, sedangkan tingkat konsentrasi dapat dijelaskan dengan persamaan :

Cntp = Konstan ……..(3)

Dimana C adalah konsentrasi disinfektan (Chlorine, dll), n adalah konstanta derivate experiment untuk satu system disinfektan dan organisme. Kaitan antara tingkat konsentrasi dan waktu, khususnya konsentrasi chlorine sebagai HOCl yang diperlukan untuk pematian 99% E.coli pada suhu 0-6oC adalah 0,24 menit. Jadi dengan titrasi chlorine sebagai HOCl sebanyak 1 mg/l, dalam waktu 0,24 menit baru mulai mencapai tingkat pematian yang efisien.

Jadi, masalah kontak time dan konsentrasi zat chlorine sangat mempengaruhi efisiensi pematian mikroorganise (coliforms grup) dalam pengelolaan air, selain factor-faktor yang disebutkan sebelumnya.

Demikan sharing kami terkait penanganan Coliform.

Komentar